Semalam Nova chat. Minta alamat rumah. Pagi-pagi minta share loc. Pukul sembilan, dia dan suaminya sudah sampai di rumahku. Dengan mengenderai sepeda motor. Aku terharu sekali. Duh, segitu niatnya dia bertemu aku. Bertepatan dengan libur Hari Nyepi. "Gimana Va, pegel ya?" Ujarku sembari menyodorkan minum. "Pinggang sih biasa aja. Cuma pantatnya yang terasa pedes. Gak apa-apa kok. Aku dan Yudi sudah biasa motor-motoran," jawabnya santai. Sedari dulu, Nova memang selalu berpembawaan tenang. Tidak meledak-ledak seperti diriku. Kami bercerita tentang banyak hal. Terlebih setelah kami terpisah, dan berumah tangga. Menjalani porsi kami masing-masing. Diselingi tawa dan tangis. Aku dan Nova banyak menghabiskan waktu bersama selama di Bandung. Hanya aku, dia dan almarhumah Petty yang masih tersisa. Ulan, Ensi, Lena, Dina,Lisda, Ami, Yenny, sudah lulus duluan. Sedangkan Ita dan Wenny menghilang. Tak tau ke mana. Masing-masing sibuk berkutat dengan persoalan hidupnya sendiri....
Tiba-tiba hujan turun. Deras sekali. Padahal tadi pagi, langit begitu cerah. Rencanaku untuk bakar sampah terkendala. Tapi ada bagusnya juga sih. Aku jadi tak perlu menyiram tanaman. Ada anak pohon sukun dari Mama Rama, dan semaian biji srikaya pemberian Mama Ken Ken. Kemarin, aku juga menyebar bibit kemuning. Aku suka bunganya yang berwarna putih, kecil-kecil, dan wangi. Lembut. Seperti aroma terapi. Dan harumnya bisa menembus sampai ke dalam rumah, saat malam hari. Membuat hati dan pikiranku jadi tenang. Dulu, aku mendapatkan bibit kemuning itu dari Kakek Hakimi, dua pohon, setinggi 15 cm, di polybag. Aku mulai suka pada bunga setelah kelahiran anak perempuanku. Itu pun bunga-bunga yang tidak manja, dan butuh perawatan khusus. Aku tak sempat mengurusnya. Selalu kerepotan dengan pekerjaan di rumah. Aku sebar segenggam bijinya yang merah menyala, di luar pagar, dekat jalan raya. Tanahnya sudah digemburkan Atuk. Sampah-sampah plastiknya dibakar. Aku ingin di depan pagarku tum...
Empat tulisan yang sudah kuunggah, terpaksa kutarik dan kuhapus. Sebenarnya, sayang banget. Aku selalu menulis dengan sepenuh hati. Semua itu berupa catatan dari kejadian sehari-hari. Aku tak ingin semua yang kualami, berlalu begitu saja. Tapi, sudahlah... Aku jadi malas nulis. Mengamati lalu mencatatnya, seperti kebiasaanku selama bertahun-tahun. Ada sisa dempul, dan aku gunakan untuk menambal nat-nat keramik. Menutup rumah rayap dan semut. Harga semen putih, tiga ribu rupiah sekilo. Bisa beli eceran. Toko matrialnya hanya selisih satu rumah dari tempat tinggalku. Aku lebih suka belepotan dempul dan cat, atau memotong ranting-ranting pohon, dibanding memasak atau nyetrika. Aku melakukan semua pekerjaan itu semata-mata untuk merawat akal sehatku agar aku tetap bisa waras. Kamar mandi depan sudah selesai dicat. Tinggal rapi-rapi pintunya. Aku ganti alumunium pelapisnya dengan seng talang anti karat. Mudah2an bisa lebih awet. Yang ada di pikiranku, bagaimana supaya kuat ...
bahagia di hati sendiri dan sesama
BalasHapusIya...☺
HapusTerimakasih...🙇