Postingan

Kamis, 3 Juli 2025, pukul 21.23.

Hari ini hari pengukuhan Ulan sebagai guru besar di bidang komunikasi. Ikut bahagia, bangga, dan bercampur haru, bisa hadir dan  menyaksikan momen bersejarah bagi Ulan. Buah dari kerja keras, ketekunan, semangat pantang menyerah, disertai doa-doa yang tak pernah putus ia panjatkan. Aku berangkat ditemani Ehi, putri bungsuku. Kami naik kereta sampai Cikarang. Setelah itu, nyambung grab car ke tempat acara. Kereta penuh. Banyak anak-anak. Memang sekarang sedang libur sekolah. Bersyukur, kami dapat tempat duduk. Kami sampai, pukul 12 kurang. Teman-teman Fikomers '85 sebagian sudah datang. Yang pertama-tama kulihat, Gebi. Dia mengantarkan kami untuk menemui teman-teman lain. Seketika, suasana menjadi ramai dengan gelak tawa dan canda kami. Aku duduk di meja sebelah, terpisah dengan Eni, Ika, Rika, Iwan, Yuyus, Inne, Asep Tatang, dan Gebi. Di meja itu ada teman Ulan dari Binus, satu lagi dari kementrian pendidikan. Tak lama kemudian, Ensi dan Nova datang bergabung. Didi, Tatat, Yoki, da...

ibu intan

Mengenang Ibu Susiani Intan Guru yang menunjukkan jalan bagiku... Dalam perjalanan hidupku yg sudah memasuki usia ke 59 tahun ini, banyak bertemu dan berinteraksi dengan berbagai macam orang. Salah satunya , Ibu Susiani Intan. Guru agamaku semasa duduk di bangku SMA.  Ibu Intan punya tempat khusus di hatiku. Bagiku, beliau sosok yg banyak menginspirasiku, mendorongku untuk selalu belajar mengembangkan diri. Berperawakan jangkung, mengenakan kaca mata dengan bingkai putih, berkulit terang, kuning langsat, berhidung mancung, dengan rambut keriting sebahu. Setiap hari mengenderai motor bebek warna merah ke sekolah. Kulit wajahnya sangat bersih. Bercahaya. Suaranya halus. Bibirnya selalu menebarkan senyum. Aku pernah berpikir, apakah beliau perwujudan dari seorang bodhisatva, seperti yang ada di buku-buku itu? Aku benar-benar terkesan. Aku merasa menemukan sosok panutan yg nyata, tidak sekedar tokoh cerita protagonis di buku-buku cerita dongeng yg pernah kubaca. Dari beliau, untuk pert...

lupa

Lagi2 aku lupa mematikan kompor. Padahal saat merebus air tadi, aku sudah mewanti2 diri sendiri utk mengingatnya. Sedih rasanya. Kok aku bisa jadi seperti ini. Daya ingat menurun.  Sebenarnya aku berusaha untuk tidak mengeluhkan apa pun. Aku selalu mengingatkan diri sendiri utk menyadari n menerima porsi diri sendiri. Dan bersyukur untuk semua itu. Tadi, aku sudah tertidur pulas. Tiba2 terbangun. Dikejutkan oleh suara kakakku. Yg menegurku dengan nada tinggi n pandangan tdk suka. Matanya melebar. Aku melirik jam dinding. Pukul 23.00 wib tepat. Berarti 3 jam. Aku merebus air pk 20.00 tadi.

reuni ke 40 tahun

Arief Bertemu dengan teman-teman lama saat sama-sama kuliah di Sekeloa dulu, merupakan hal yang menyenangkan, sekaligus mengharukan. Hampir 40 tahun. Waktu cepat sekali berlalu... Aku berangkat naik travel. Ditemani anak perempuanku yang bungsu. Aku datang agak telat. Kondisi kesehatan sedang tidak baik. Jadi, aku tak ingin memaksakan diri untuk buru-buru. Aku pun harus bijak memperlakukan tubuh jasmaniku sendiri. Harus mulai sadar usia. Yah, sekarang aku bukan gadis remaja lagi. Yang bisa menerjang lebatnya hujan dan kencangnya angin tanpa pikir panjang. Sebelum acara reuni berlangsung, komunikasi di grup induk dan jurusan angkatan kami sedemikian intensnya. Saling bersahut-sahutan. Ramai sekali. Semua mengungkapkan kerinduannya... Jauh-jauh hari aku sudah katakan di grup akan hadir. Memang sudah kuniatkan. Apalagi di tanggal tersebut bertepatan dengan hari ulang tahun Amie Amarie, teman sekontrakanku selama tiga tahun di Sekeloa dulu. Ada Tri, Wieda, Helly, Ira, dan teman-teman lain....

Bunga kecil berwarna jingga

Gambar
Bunga kecil berwarna jingga Aku takjub melihat bunga itu. Yang tumbuh liar di halaman depan rumahku. Mungkin bijinya tertiup angin, dan jatuh terselip di celah-celah retakan batu, lalu tumbuh di sana. Bukan di atas tanah yang subur... Di sana, dia bisa mendapat curahan sinar matahari langsung dan hembusan angin yang cukup, yang memungkinkannya untuk terus bertumbuh dan berkembang. Dalam segala keterbatasannya, dia terus bertahan. Aku berjongkok untuk mengamatinya lebih dekat lagi. Batang pohonnya kecil, begitu juga daun-daunnya. Kelopak bunganya berbentuk sederhana. Berwarna jingga. Indah.  Setidaknya, dalam pandanganku. Aku tak tau apa nama bunga itu. Itu tidak terlalu penting buatku. Imm8ikGunakan ikon edit untuk menyematkan, menambahkan, atau menghapus klip.Selamat datang di papan klip Gboard, teks apa pun yang Anda salin akan disimpan di sini. Meski bunga ini tak seanggun anggrek bulan, tak seharum bunga mawar, aku tetap mengaguminya. Bagiku, bunga ini tetap bunga y...

Gebi

Gebi Sekarang musim kueni hampir berlalu. Tinggal beberapa buah yang tersisa di pohon. Bahkan pagi ini, tidak ada yang jatuh. Yah, semua ada musimnya, dan setiap musim juga akan berlalu... Melati di samping rumah mulai bermekaran. Sudah dua hari ini aku petikin. Dapat segenggam. Aku taruh di altar. Sebagai bahan renunganku, tentang ketidak-kekalan. Aku suka harum melati. Lembut, menenangkan.  Seperti memberi energi baru. Setiap kali aku memunguti kueni, aku teringat pada Gebi. Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah dia baik-baik saja di sana? Saat Gebi datang ke rumahku dulu, sedang musim buah kueni. Aku nggak punya apa-apa, selain kueni. Aku agak malu juga saat menawarinya. Khawatir dirinya nggak doyan. Maklumlah, Gebi kan orang kota. Mungkin seleranya nggak sama. Waktu aku dan Wenny berkunjung ke rumahnya, kami pun membawakan buah kueni, sebagai oleh-oleh. Tengah hari, panas-panas, kami memungutinya. Saat itu Gebi sedang merenovasi rumahnya. Banyak yang kami obrolkan. Sambil terta...

Intip

Intip Oleh : Ratnavati Dieng tertutup kabut. Ditingkahi gerimis. Aku menggosok-gosokkan kedua belah telapak tanganku, sambil sesekali meniupnya. Dengan begitu, berharap rasa dingin akan berkurang. Kami baru selesai menyantap mie ongklok. Setelah itu, Yoki mengajak kami ke toko oleh-oleh. Di etalase, banyak sekali dijual makanan khas Dieng, berupa keripik-keripikan, hasil olahan dan produksi UMKM daerah setempat. Ada kerupuk getuk, teh, sagon, keripik buah naga, dll. Dan di sini, aku menemukan makanan kesukaanku, intip goreng... Intip atau kerak nasi punya cerita tersendiri buatku. Tidak sekedar "kerak nasi", karena di dalamnya tersimpan kenangan yang indah akan cinta dan kehangatan kasih sayang dari nenek dan ibuku... Dulu, di kampung, kami memasak nasi menggunakan periuk berbentuk bulat dan terbuat dari besi. Menjerang air, menanak nasi, memasak lauk dan sayur, semua menggunakan tungku sederhana, dengan  bahan bakar kayu, seperti kayu rambung dan pelepah daun kelapa yang sud...