Pemberkahan Nikah Anakku
Pemberkahan Nikah Anakku
Oleh Ratnavati
Sebagai seorang ibu, ada keharuan tersendiri bisa mendampingi dan menyaksikan momen penting dalam hidup anakku. Di sisi lain, aku pun tak bisa memungkiri kalau dadaku terasa sesak saat mengingat almarhum suamiku. Hatiku agak tenang saat menyadari bahwa ada Abhinyano, anak sulungku yang duduk di sampingku. Apa pun, hidup berlanjut terus. Siap tidak siap, aku harus menegarkan hati untuk menerima segala perubahan yang terjadi dalam hidup kami. Dan tetap optimis menatap hari esok...
Bersyukur, acara pemberkahan berjalan lancar. Segala sesuatunya dimudahkan. Terharu dengan semua sambutan dan antusiasme umat vihara Purwakarta. Aku hanya bisa mengucapkan banyak-banyak terimakasih. Semua pihak mendukung.
Terimakasih Semesta...🙏🙏
Ada kelegaan mendalam melihat anak dan menantuku mengucapkan janji suci pernikahan di depan altar Buddha. Mengingat, perjalanan cinta mereka berdua sangatlah tidak mudah, cukup panjang dan penuh dengan lika-liku.
Perkenalan mereka diawali sebagai senior dan yunior di sebuah organisasi kepemudaan Buddhis lima tahun yang lalu.
Sempat terpisah beberapa waktu, saat anakku mendapat beasiswa belajar bahasa di Taiwan. Namun, kekuatan cinta mempersatukan mereka kembali. Jarak tidak jadi penghalang. Perasaan mereka tidak memudar. Cinta keduanya tetap terawat.
Hubungan mereka kembali diuji saat wabah Covid-19 melanda. Anakku sempat menganggur beberapa bulan. Kenyataan tersebut tidak menyurutkan cinta mereka. Esia tetap bisa menerima anakku Prajna, meski bayangan tentang masa depan masih belum jelas.
Dari situ, mereka berdua mulai merintis jalan untuk coba-coba berjualan secara on line.
Bersamaan dengan itu, Esia pun melanjutkan kuliahnya yang sempat terhenti. Tepat saat peringatan 49 hari meninggalnya papanya, Prajna mendapat panggilan kerja dari Oppo. Hari itu juga Dhamma tepat berumur 17 tahun.
Meski sudah bekerja, olshop tetap berjalan. Anakku bekerja dengan sangat keras.
Saat suamiku pergi, memang tidak meninggalkan hutang. Tapi suamiku juga tidak meninggalkan dana likuid yang cukup untuk membiayai pendidikan tiga orang anakku yang masih bersekolah itu.
Kedua orangtua Esia dan Cagga turut membantu dan mengawasi operasional olshop tersebut. Semua saling bergotong-royong. Bahu membahu. Jerih payah anakku membuahkan hasil. Mungkin, mereka memang harus melalui jalan seperti itu. Semesta menjaga kami dengan cara yang tak terduga. Jalan karma...
Dari hasil dagang secara on line inilah, Abhi dan Bodhiprajna dapat saling membantu, menopang perekonomian keluarga, serta membiayai sekolah adik-adiknya.
Abhi sudah bekerja sejak Februari 2016, begitu dia lulus. Dan papanya masih sempat meyaksikannya. Meski tidak mengatakan apa-apa, tapi dari sorot matanya terpancar rasa bangga.
Saat papa mereka pergi, Cagga sedang dalam tahap menyelesaikan tugas akhir, Dhamma kelas dua SMA, dan Ehi kelas tiga SMP.
Memang berat. Tapi aku selalu yakin. Alam Semesta punya hukum dan cara kerja sendiri, yang terkadang, bahkan berada di luar jangkauan nalar manusia. Selagi kita mau berusaha dengan sebaik-baiknya. Seperti kata pepatah, di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan.
Sebagai ibu, aku hanya bisa menguatkan hati anak-anakku. Berdoa, dan terus berdoa...
Hanya itu yang bisa aku lakukan.
Bersyukur Semesta selalu menjaga kami, dengan caranya...
Sepeninggal suami, dalam perjalanan hidup kami selanjutnya, kami dipertemukan dengan orang-orang baik, yang memiliki pemahaman mendalam dan keluasan hati. Aku jadi bisa belajar tentang banyak hal.
Untuk itu semua, aku hanya bisa mengucap syukur.
Pada kesempatan ini, aku ingin berterimakasih pada Romo Nata. Sosok yang baik, ramah dan selalu siap membantu serta melayani kebutuhan umat tanpa pamrih. Dari beliau, aku belajar tentang kerendahan hati.
Terimakasih pada Ibu Liana Wijaya yang sudah berkenan memimpin upacara pemberkahan nikah. Ibu Liana mengajariku tentang arti semangat hidup.
Terimakasih pada Bapak Sena Nelsen Ruslie, tokoh muda dari Vihara Budhi Dharma dan ketua Yayasan Budi Asih, Ibu-ibu WBI Purwakarta, Bu Minarsih sebagai guru Agama Buddha dan Sekolah Minggu Prajna, Ibu Noris dan almarhum Romo Perak yang murah hati dan banyak memberi kenangan baik pada anak saya. Dari mereka, aku belajar arti kata cinta kasih (metta) dan melayani sesama.
Terimakasih pada Ibu Padumawati dan Romo Sony Hadiarto selaku sesepuh Vihara Bodhi Diepa.
Terimakasih untuk semua saudara/i sedhamma yang sudah meluangkan waktu dan berkenan hadir menyaksikan pemberkahan nikah anak saya. Dari mereka semua, aku belajar tentang indahnya persaudaraan dalam Buddha Dhamma.
Sekali lagi, terimakasih.
Semoga kita semua selalu sehat dan bahagia.
Tetap semangat memupuk kebajikan di jalan Buddha Dhamma.
Semesta melindungi.
Saddhu...saddhu...saddhu.
Terimakasih.
Kota Baru, Selasa, 4 Juni 2024 (Pk 21:35).
Komentar
Posting Komentar