Doa untuk keluargaku
Doa untuk keluargaku
Begitu banyak hal yg sudah terjadi akhir2 ini. Semoga Tri Ratna akan selalu melindungi kami, menjauhkan kami dari hal2 buruk, seperti lobha, dosa, moha dan tanha.
Semoga anak-anakku akan selalu terpelihara mata batinnya. Semoga kelima2nya tetap bisa merawat kesadarannya, saling dukung, saling menjaga, dan saling mengasihi.
Semoga segala keresahan yg menggelayuti hatiku, akan segera berlalu. Semoga titik terang akan datang.
Semoga leluhur merestui keputusanku. Semesta memberikan berkahnya.
Aku berharap, di masa tuaku, aku bisa sehat dan hidup bahagia. Tidak ada salah paham, bisa saling mengerti, dan mengasihi.
Aku sangat sedih, suamiku. Aku bukan orang yang pintar. Jauh dari kata sempurna. Ditinggal tiba2 olehmu, membuatku sangat kebingungan. Banyak ketakutan yang aku rasakan. Terlebih, takut membuat kesalahan dalam mengambil keputusan.
Anak2 sudah besar, dan mereka punya pemikiran sendiri. Tidak mudah untuk menjaga dan menyatukan pemikiran mereka.
Semoga Semesta membantuku. Memampukanku, dan meneguhkan hatiku, agar bisa tetap merawat keluarga kita, utuh bersatu.
Mungkin aku bukan anak, isteri, mantu, ibu, saudara yg baik. Maafkan aku. Maafkan kebodohanku yg selalu terlambat menyadari untuk menerima dan mensyukuri porsi karmaku. Semua tertutup oleh kemarahan dan kebencian. Sehingga membuatku sulit untuk melihat sesuatu dengan hati tenang dan jernih. Selalu merasa tidak puas.
Aku terus mencari jawaban, kenapa aku yang harus melewati jalan berliku ini? Padahal, seumur hidup, aku berusaha menjalaninya dengan jujur. Sementara, banyak orang jahat, yang manipulatif, kasar, malah bisa hidup bahagia, berkelimpahan? Aku selalu merasa menjalani kehidupan yang tidak adil. Nelangsa. Marah. Sedih...dan kecewa. Aku tak bisa terima. Hatiku selalu berontak.
Belakangan, setelah banyak mengalami kepahitan hidup, aku baru mulai bisa belajar memaafkan, dan menerima karmaku. Aku pun sudah lelah dan malas mempertanyakannya lagi. Cukup jalani sebaik2nya. Semampu yang aku bisa.
Satu per satu, orang yang telah memberi kepahitan di hatiku pun telah meninggal. Aku pikir, tak ada gunanya menyimpan kebencian terus pada mereka. Tidak baik juga bagi kesehatanku.
Aku belajar terus lewat kata2 bijak atau artikel Dhamma yang kubaca setiap harinya. Tanpa disadari, hal tsb sedikit demi sedikit, mengikis kilesa yang ada di hatiku. Aku mencoba membangun optimisme. Aku pikir, aku harus mulai membuka lembaran baru dalam hidupku. Belajar dan terus belajar. Agar bathinku tenang...
Semoga aku bisa menuntaskan tanggung jawabku. Para Bodhisatva akan selalu melindungi, menjaga, dan menyertaiku, anak2ku, keluargaku, rumah ini, tanah ini.
Semoga semua akan menemukan jalan yg terbaik.
Saddhu, saddhu, saddhu...
Kota Baru, 25 Januari 2024, pk 00:48.
Komentar
Posting Komentar