Senam Ceria
Pandemi membuatku semakin jarang keluar rumah. Aku baru akan tergerak bila keadaan benar-benar mendesak. Yakni, saat ada anak yang sakit atau stok makanan di rumah menipis.
Kebanyakan aku minta anak-anak yang pergi belanja. Atau pesan per telepon, seperti pada Bu Amah. Langganan ayam yang sudah diungkep. Tak jarang aku sekalian titip beli sayuran, tempe, tahu, padanya. Bu Amah memang baik. Dia melakukannya dengan senang hati. Aku suka membayar lebih untuk ongkirnya. Namun tak jarang, dia menolak.
Untuk menghibur diri, aku nonton youtube atau ngobrol dengan teman-teman lewat aplikasi WA. Banyak hal yang bisa kami jadikan sebagai topik.
Aku pun rajin membaca status WA, termasuk punya Mama Rama. Aku suka mengikuti aktivitas mereka, atau sekedar menyimak video-video singkat dan lucu.
Aku tau kalau Mama Rama sudah menjadi Bu RT di lingkungannya. Dia selalu sibuk. Tapi tampaknya dia enjoy saja. Mungkin itu sebuah panggilan baginya untuk melakukan pelayanan dan kerja sosial.
Pembawaannya yang gesit mengingatkanku pada adik iparku, Butet. Ke mana-mana mengenderai sepeda motor dengan lincah. Belanja, antar jemput anak sekolah, dan berbagai aktivitas lainnya. Sementara adikku, lebih banyak diam di pabrik. Tenggelam dalam pekerjaannya.
Suatu hari, Mama Rama pasang status. Sedang foto berdua dengan Mama Raga. Aku spontan bertanya.
"Lagi di mana itu, Dek?"
"Oooh, ini lagi survei lokasi Mi. Untuk senam ceria hari Minggu, tanggal 17 Juli nanti. Mami mau ikut?" Jawabnya penuh semangat.
"Oooh. Apa boleh ikut? Aku kan tinggal di luar komplek?"
"Boleh Mi. Kalau mau, nanti kudaftarkan." Dia menjawab dengan antutias.
"Jauh nggak? Ke sana naik apa? Bayar berapa?" Aku memberondongnya dengan beberapa pertanyaan sekaligus.
"Dekat kok Mi. 25 km dari Cikampek. Namanya Desa Wisata Cirangkong. Kita ke sana naik odong-odong. Transport berikut konsumsi Rp 65.000..." jelasnya sabar.
"Oke. Daftarin aku deh." Percakapan siang itu berakhir sambil menunggu kabar berikutnya. Kata Mama Rama, bila kuota ibu-ibu Perum Pondok Rawa Mas sudah terpenuhi, maka aku tak bisa ikut. Aku hanya mengiyakan.
Esoknya dia mengabari. Masih ada satu seat yang kosong. Sambil menjelaskan dresscode untuk acara besok. Atasan putih, celana panjang hitam. Dan aku disuruh siap-siap menunggu di depan gerbang perum pukul 06.45. Dia mewanti-wanti aku agar jangan sampai telat.
"Dek, apakah ibu-ibu itu akan mau berbaur denganku? Apa ada yang aku kenal?" Tanyaku ragu. Jujur, ada kekhawatiran di dalam hatiku yang terdalam.
"Pasti kenallah. Nggak apa-apa, Mi. Jangan takut. Ibu-ibu Rawa Mas mah baik-baik semua," ujarnya meyakinkanku. Aku agak lega juga mendengar kata-katanya itu. Semoga semua akan bersikap terbuka dan ramah. Doaku di dalam hati.
Ternyata, yang dikatakan Mama Rama itu benar adanya. Senang rasanya bisa bertemu teman-teman lama saat sama-sama mengantarkan anak di TK dulu. Ada Mama Rahma, Mama Yanti, Mama Lia, Mama Raga, Mama Putera, Mama Ibnu, Mama Wahid, Mama Opay, Mama Feby, Mama Dewi, Bu RW, Dek Ida, dan ibu-ibu lainnya. Semua welcome. Aku merasa lega sekali. Ternyata rasa kekhawatiranku tidak terbukti.
Perjalanan memakan waktu sekitar satu jam. Angin terasa sejuk menerpa pipi kami. Aku menikmati perjalanan dengan memperhatikan pabrik-pabrik yang banyak terdapat di kiri dan kanan jalan. Kami melewati hijaunya sawah, kebun pisang, kangkung, terong, sungai yang airnya kecoklatan karena bekas hujan deras semalam sebelumnya. Jalanan berlubang, dan hamparan perkebunan karet, yang sebagian pohonnya sudah tampak tua.
Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan beberapa pengendera motor trail yang akan ikut event balapan. Banyak polisi berjaga. Di pinggir jalan, terdapat beberapa unit mobil untuk layanan kesehatan. Dan, banyaknya penjual makanan yang mencoba peruntungannya, mencari rezeki dari penyelenggaraan event ini. Perjalanan sempat tersendat sebentar. Jalan yang kami lalui memang tidak terlalu lebar. Harus ada yang mau mengalah dulu, bila kendaraan berpapasan.
Kami tiba di sana masih pagi. Suasana juga masih sepi. Begitu sampai, yang pertama dicari adalah toilet. Setelah itu kami menuju tempat yang sudah dipilih oleh Mama Rama dan Mama Raga.
Sebuah bangunan terbuka yang cukup luas. Ada beberapa tempat duduk dari batu di depannya. Di sebelahnya, ada ayunan dan seluncuran. Cocok untuk ibu-ibu yang membawa anak dan cucunya. Bisa dilepas bermain, namun tetap masih dalam jarak pandang pengawasan mereka.
Acara diisi tidak hanya dengan senam. Setelah makan bersama, ada games dan karokean. Berbagai hadiah dan doorprize sudah disiapkan panitia sebagai penyemarak.
Ibu-ibu bernyanyi dan berjoget dengan riangnya. Aku kagum pada Bu Ayu dan Bu Uti. Meski sudah bercucu, tetap stylish. Ada satu ibu-ibu lagi, yang banyak nemani Mama Raga nyanyi. Orangnya manis dan suaranya merdu. Bu RW ternyata pintar menyanyi juga lho. Keren.
Gelak tawa terdengar riuh rendah. Mungkin ini yang disebut dengan isi ulang energi, bergembira, tertawa bersama, untuk membebaskan diri sejenak dari penat dan rutinitas hidup sehari-hari. Healing.
Aku mengamati semua dengan seksama. Tak jarang ikut tertawa dan memberi tepuk tangan.
Ibu-ibu, terimakasih untuk kebersamaannya. Terimakasih karena sudah berbagi kegembiraan. Aku tidak merasa berbeda atau dibedakan. Mungkin karena kita sudah cukup dewasa untuk menyadari, bahwa meski berbeda, kita tetap bisa hidup dalam harmoni.
Semoga kita punya kesempatan pergi bareng lagi ya. Selalu sehat dan tetap semangat dalam merawat kebersamaan.
Kota Baru, Senin, 18 Juli 2022 (Pk 20.00 WIB).
Komentar
Posting Komentar