Tercerahkan
Pagi hari, seperti biasa, aku mengucapkan selamat pagi pada teman-temanku. Setelah itu, membaca pesan-pesan yang masuk. Butuh waktu satu sampai dua jam untuk menyimak semuanya. Aku suka pada kiriman kata-kata bijak, atau cerita-cerita yang memotivasi.
Seperti hari ini, aku mendapatkan sebuah tulisan menarik yang dikirimkan oleh Romo Setiawan di WAG. Setelah membacanya, aku jadi merasa seperti tercerahkan. Sarat akan pesan moral. Membantuku untuk bisa lebih memahami nilai-nilai kehidupan...
Terimakasih Romo. Selalu sehat, dan tetap semangat dalam berbagi kebaikan...
*MENOLONG KEPITING*
Seorang siswa Chan sedang bermeditasi di tepi sungai. Tiba-tiba ia mendengar suara percikan air. Ia membuka mata dan melihat seekor kepiting sungai sedang meronta-ronta melawan seretan arus sungai.
Siswa itu mengulurkan tangan menarik kepiting itu keluar dari seretan arus meski untuk itu ia harus merelakan tangannya tergigit capit kepiting. Siswa itu kemudian meletakkan kepiting di tepi sungai dan melanjutkan meditasinya.
Lalu tak lama ia mendengar suara yang sama. Ia membuka mata dan melihat kepiting itu terseret lagi dalam arus. Sekali lagi ia menolongnya dan sudah tentu sekali lagi tangannya tergigit capit kepiting.
Ia melanjutkan meditasi.
Sesaat kemudian ia mendengar lagi suara percikan air sungai. Kepiting itu kembali tercebur dalam sungai dan terseret arus. Untuk ke sekian kalinya ia mengangkatnya dan untuk ke sekian kalinya pula tangannya tercapit.
Guru Chan yang sedang melintas melihat kejadian ini dan bertanya, “Kau sungguh bodoh, tidakkah kau tahu bahwa kepiting itu bisa mencapit tanganmu?”
“Tahu.”
“Lalu kenapa kau masih menolongnya?”
“Mencapit adalah sifatnya, welas asih adalah sifatku. Sifatku takkan mungkin berubah hanya karena pengaruh sifatnya.
Jalan Bodhisattva tak mengenal kata menderita dalam menolong makhluk lain.”
Sekali lagi kepiting itu tercebur dalam sungai.
Siswa itu melihat tangannya yang membengkak karena beberapa kali terkena capitan kepiting, lalu melihat kepiting yang meronta-ronta dalam seretan arus sungai. Tanpa ragu-ragu ia kembali mengulurkan tangan berusaha mengangkat kepiting itu.
Kali ini Guru Chan memberikan sebatang ranting kepadanya. Sang siswa paham akan maksud Guru Chan itu, ia segera mengambil ranting itu dan menggunakannya untuk mengangkat kepiting dari dalam sungai.
Kali ini tangannya bebas dari gigitan kepiting.
Guru Chan berkata sambil tertawa, _“Welas asih adalah hal yang bajik dan benar, tetapi welas asih juga harus disertai kebijaksanaan.”_
_Dalam membimbing makhluk hidup, Bodhisattva juga harus mempelajari pintu Dharma yang tak terhingga yang juga meliputi ilmu-ilmu keduniawian. Menggunakan cara atau peralatan bukan berarti merendahkan makna welas asih._
(SINAR DHARMA)
Kota Baru, Minggu, 6 Maret 2022 (Pk 10.02).
Pukul 11.16 :
Aku baru pulang mengantar Dhamma dari vaksin ketiga (booster) di puskesmas komplek perum, sebelah rumah kami. Jaraknya dekat. Sekitar 300 m. Cukup berjalan kaki saja untuk mencapainya. Bersyukur banget. Segala sesuatunya dimudahkan.
Tadi sepi. Tidak perlu antri. Tidak penuh berjubel seperti awal-awal vaksin digalakkan. Tidak sampai setengah jam, kami sudah sampai di rumah lagi.
Terimakasih untuk pelayanannya. Meski hari Minggu hari libur, tetap melaksanakan vaksinasi.
Semoga para nakes akan selalu sehat dan dilindungi, dalam menjalankan tugas mulianya itu. Tetap semangat memberi pelayanan pada masyarakat.
Pukul 21.00 WIB :
Tadi sore, aku dan Ehi sapu-sapu halaman. Daun dan ranting banyak berserakan di halaman. Sehari sebelumnya, hujan panas disertai angin yang sangat kencang, menerbangkan daun-daun sampai ke teras. Ada pohon jambu bol yang roboh.
Sambil menyapu, pikiranku sebenarnya tak tenang, tertuju pada Dhamma terus. Aku khawatir. Meski dia sudah beberapa kali ke Jakarta sendiri, sebagai ibu, tetap saja perasaanku gelisah, sebelum dapat berita darinya yang mengabarkan sudah sampai di kontrakan.
Akhirnya ada pesan masuk. Dhamma sudah sampai Jakarta. Lega rasanya. Besok ujian wajib hadir di sekolah. Ada pemberitahuan dadakan.
Dia berangkat naik kereta pukul 18.09. Sampai Cikarang berganti kereta lagi. Sekarang KRD hanya sampai Cikarang. Dari Cikarang naik KRL, turun di stasiun Cikini. Di sana abangnya yang nomor tiga sudah siap-siap menjemputnya.
Dia pasti kelelahan. Semoga dia baik-baik saja. Tetap fit. Sebelum berangkat, sudah kuberi makan vitamin.
Semoga ujiannya berjalan lancar. Perjalanan hari ini akan turut membantu membentuknya jadi sosok yang kuat dan mandiri. Semoga alam akan selalu menjaga dan melindungi anak-anakku...
Pukul 22.07 :
Sebenarnya, aku sudah mengantuk. Namun belum bisa rebahan. Rambutku masih basah. Takut saat bangun besok, kepalaku malah pusing. Karena masuk angin. Habis sapu-sapu dan bakar-bakar sampah tadi, aku langsung cuci rambut.
Aku tak terbiasa pakai pengering rambut. Aku tak ingin akar rambutku rusak, yang mengakibatkan kerontokan semakin parah. Aku lebih suka kering secara alami saja.
Aku duduk santai, menggerak-gerakkan kedua kakiku, sambil membaca pesan-pesan yang masuk.
Di grup jurusan, ada seorang teman mengirimkan lagu lama, dengan judul "Kerinduan." Dia memang rajin kirim lagu, untuk menghibur teman-temannya. Aku hapal lirik lagunya, jadi bisa ikut bernyanyi-nyanyi kecil. Dulu, lagu itu dipopulerkan oleh band The Mercy's.
Sebenarnya, aku sangat ingin memberi komentar. Tapi sudahlah. Kutahan saja. Daripada nanti bikin heboh dan salah paham. Aku memang mulai mengurangi kekepoanku. Tidak semua postingan kukomen. Mau belajar jaim. Hahaha...
Tadinya aku ingin komen begini : "Tak usah merindukan, apalagi menangisi, orang yang telah mengabaikan dirimu. Di luar sana, masih banyak orang baik yang peduli padamu. Orang yang lebih bisa memahami, dan menghargai ketulusanmu. Menerima dan menyayangi apa adanya dirimu..."
Tapi tak jadi. Takut salah persepsi.
Pukul 23.19 :
Ehi barusan mengatakan, sudah 60 tulisan yang ada di blogku. Tak terasa...
Awalnya, aku sangat takut untuk mulai menulis. Tidak percaya diri. Apalagi aku ini gaptek. Hidupku juga biasa-biasa saja. Apa menariknya? Apa ada yang mau baca?
Berkat bantuan anak perempuanku, aku dibuatkan akun. Aku pun mulai belajar menulis. Untuk mengisi waktu luangku.
Di balik keputusanku itu, ada orang-orang baik yang tak pernah berhenti meyakinkan diriku.
Terimakasih karena selalu mendukungku. Itu sangat berarti bagiku...
Wow, 60? masih banyak PR ku ya.
BalasHapusKeep on writing, I will keep on reading
Iya. Tidak terasa. Setiap hari selalu ada kejadian baru dan tak terduga. Aku suka mencatatnya, sbg bagian dari upaya untuk merawat daya ingatku. Saat luang, aku baca kembali, untuk evaluasi diri. Aku masih harus banyak belajar. Terlebih belajar untuk kesehatan dan keseimbangan bathinku...☺
BalasHapusTerimakasih ya Va. Selalu mendukungku...🙇🙇