Kenangan Di Masa Lalu

Hampir seharian ini hujan terus. Setelah selesai masak dan mencuci pakaian, aku mengurungkan niat untuk melanjutkan beres-beres. Kamar anak ketigaku sudah selesai dicat. Tapi aku belum menyusun kembali barang-barangnya. Buku bertumpuk di mana-mana. Baru sebagian yang kupilah-pilah semalam. Aku sudah sangat kelelahan.

Saat bongkar-bongkar lemari, aku menemukan barang-barang milikku di masa muda dulu. Ada potongan rambutku. Masih tergulung rapi di dalam plastik putih. Rambutku memang pernah panjang sepinggang. Aku pun menemukan setumpuk surat-surat cinta lama di masa lalu, kartu mahasiswa, kliping tulisan-tulisan yang kusuka dari koran. Catatan pengeluaranku, buku harian, tugas-tugas yang sudah dinilai oleh Pak Sahala untuk matkul Penulisan Berita, PenulisanArtikel, Feature dan Pelaporan Mendalam. Aku juga menemukan sobekan wesel, saat cerpenku dimuat di majalah remaja, dan puisi-puisiku yang terbit di Harian Analisa Medan, saat SMP dan SMA.

Aku baca sekilas. Aku seperti masuk ke masa lalu. Perasaanku teraduk-aduk kembali. Terlihat jelas, semua kemarahan dan pemberontakanku dulu kutumpahkan lewat tulisan-tulisan itu. 
Ya, aku marah pada keadaan, dan ketidak-berdayaanku. Aku pun menuliskan harapan dan impianku tentang masa depan, di buku harianku.

Ajaib. Setelah aku renung-renungkan kembali sekarang, apa yang kutulis dulu, benar-benar terjadi kini. Dalam berbagai kesempatan, aku tulis ingin hidup tenang dan bahagia. Jauh dari hiruk pikuk. Dekat dengan alam. Dan memang, lebih dari separuh umurku, kuhabiskan di Pulau Jawa. Tempat yang sangat kuimpi-impikan dulu. Aku jauh dari sanak keluarga. Aku benar-benar sendiri di sini. Tak terpikirkan olehku sewaktu muda, kalau setelah tua, setelah anak-anak besar dan satu per satu keluar dari rumah, aku akan merindukan masa-masa berkumpul dengan saudara-saudaraku, sama seperti saat kami kecil dan hidup di kampung dulu.

Aku pun membaca ulang surat-surat lamaku. Ada perasaan haru memenuhi rongga dadaku. Kalimat-kalimat yang tertulis di surat itu begitu puitis dan dalam maknanya. Semua menunjukkan ungkapan kasih sayang. Tapi kenapa dulu aku tidak bisa menangkap arti dari surat itu ya? Bodohnya diriku !

Saat itu, aku tak berani menebak-nebak. Kalau memang dia benar-benar suka, kenapa tidak mengatakan langsung padaku? Kenapa harus menggunakan bahasa bersayap di surat, yang membuat aku ragu dan bertanya-tanya? Seharusnya dia berterus terang saja padaku.

Aku jadi mikir. Maksudnya apa ya?  Dia serius atau sedang bercanda ?  Aku kan tidak berani berandai-andai. Apalagi kalau mengingat sikapnya yang sering di luar dugaan itu. Bagaimana kalau dia hanya bercanda dan sengaja ingin menggoda,  membuatku marah, seperti yang biasa ia lakukan padaku? Duh, bisa diskak habislah aku. Mati kutu. 

Bagaimana pula kalau dia balik bertanya dan memojokkanku? Mau ditaroh di mana mukaku? Aku juga kan punya harga diri.

"Siapa bilang aku suka padamu? GR amat..." 
Kata-kata itu yang paling kutakuti bakal meluncur dari mulutnya. Dan menurut keyakinanku, saat itu, sangat mungkin dia ucapkan. Dia pintar, suka berdebat. Tapi jahil, suka meledek. Itu yang membuat hatiku ciut. Cara dia memperlakukanku pun, tidak ada manis-manisnya. Bahkan cenderung membuatku kesal dan marah. Dia selalu  cari gara-gara. Tapi anehnya, kenapa di surat dia bisa semanis dan selembut itu ya?

Ah entahlah, bingung aku dibuatnya. Ngambang. Tidak ada kejelasan. Tidak ada kepastian. Sementara aku tipikal orang yang menginginkan segala sesuatunya itu jelas. Terang benderang.  

Bagiku, legitimasi dalam membangun sebuah hubungan itu penting. Bagaimana bisa berkomitmen kalau tidak ada kejelasan status hubungan?

Ah, kalau saja dia bisa bicara terus terang padaku, nggak muter-muter, mungkin kesalahpahaman demi kesalahpahaman, tak perlu terjadi. Kami sekampus dan sering jalan berdua. Tak seharusnya kami bertengkar dan menghabiskan waktu hanya untuk meributkan hal-hal bodoh, yang justeru  membuat kami semakin jauh dan mengambil kesimpulan secara tergesa-gesa. Kenapa saat itu tidak terpikirkan untuk mengungkapkan perasaan masing-masing, daripada marah-marah tak jelas? Bodoh sekali !

Belakangan dia baru mengakui, kalau dia memang menyukaiku, dulu. Tapi, tidak punya keberanian untuk menyatakannya secara langsung. 

"Habisnya kamu galak banget, sih. Akunya nggak pede, takut ditabok sama kamu." Aku tidak tau dia berkata jujur atau hanya bercanda. Tapi itulah yang dia katakan padaku. 

Sebagai gadis Sumatera, tentulah aku tak bisa tampil sehalus dan selembut teman-teman yang berasal dari Bandung, Tasik, Bogor, Solo, atau Yogya. Saat bicara, apalagi tertawa, suaraku kencang sekali. Lepas begitu saja. 

 30 tahun kemudian, kami terhubung kembali lewat WAG Fikomers '85. Waktu itu dia mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Coba menghibur dan membesarkan hatiku. Agar tidak larut dalam kesedihan. 

"Hidup berlanjut terus. Kau harus tetap kuat, dan semangat. Jaga kesehatanmu. Setidaknya, demi anak perempuanmu." Itu pesan yang ia kirimkan padaku. Ternyata dia baik juga. Masih ingat padaku.

Kami sudah puluhan tahun terpisah, oleh jarak dan waktu. Surat terakhirnya sampai, dua minggu setelah pemberkahan nikahku! Dia menulis panjang sekali. Tiga halaman folio. Namun sayang, sudah sangat terlambat ! Waktu itu, aku sempat menangis membacanya. Aku masih tetap  kos di Bandung, untuk menyelesaikan skripsiku.

Pengalaman itu membekas di hatiku. Jadi pelajaran yang sangat berharga. Pada anak-anakku, aku selalu menekankan pentingnya keterbukaan itu.

Tidak ada yang perlu kusesali. Dia bagian dari masa laluku, yang turut mewarnai perjalanan hidupku.

Aku memutuskan untuk membakar semua surat, potongan rambut, buku harian, dan catatan-catatanku di masa lalu. Biarlah semua tinggal jadi kenangan saja. Harapanku masih tetap sama. Menua dengan sehat, bisa berguna buat sesama. Hidup tenang dan bahagia...

Kota Baru, Minggu, 13 Februari 2022 (Pk 22.18).

Komentar

  1. Balasan
    1. Belajar melepas dari ikatan bayang2 dan kenangan di masa lalu, Mus...☺🙇

      Hapus
  2. Aamiin. Menua dengan Sehat, Segar, Rapat, Harum dan Mewangi Sepanjang Hari, Rajin, Suka Menolong, Rendah Hati, Bermanfaat, Berguna dan Baik Hati 🤲👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh...😂

      Nuhun ya Didi Pujo, si jenaka, pencair suasana...🙇🙇

      Hapus
  3. ternyata keterbukaan itu penting ya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kedatangan Nova

Ujian Sekolah

Akhirnya, Menerima...