Doa Untuk Anak-anakku

Nyaris seharian ini di tempatku hujan. Dinginnya luar biasa. Rencana untuk melanjutkan mengecat tembok pagar di depan, jadi tertunda. Setelah selesai  mencuci pakaian, aku duduk-duduk santai. Aku bisa beristirahat dengan tenang, sambil menyetel lagu-lagu yang aku suka. Hari ini sampai empat hari ke depan, tukang aku liburkan dulu. Kakak dan adikku datang. Aku pun mau persiapan untuk acara peringatan setahun meninggalnya suamiku, dan acara lamaran anak pertama dan  keduaku.

Barusan tersebar berita di grup-grup. Ada gempa. Prajna bilang guncangannya sangat terasa di Pluit. Abhi di Gandaria City juga mengabarkan hal yang sama.

Semoga semua baik-baik saja. Semua makhluk bebas dari segala bentuk penderitaan...

Mulai Senin nanti, Ehi akan sekolah tatap muka penuh. Dhamma sudah lebih dulu berangkat. Dari dua minggu yang lalu. Cagga yang masih bisa bolak balik Jakarta-Cikampek, dan Cikampek-Jakarta. Dia sedang dalam proses penyelesaian tugas akhir. Mudah-mudahan Februari ini bisa selesai dan maju sidang. Sebagai ibu, aku tak pernah berhenti berdoa untuk keselamatan anak-anakku.

Meski aku selalu tampak biasa-biasa saja, tapi sebenarnya, hatiku bergemuruh. Aku tidak mengingkari, kalau jauh di lubuk hatiku ada rasa kehilangan yang teramat sangat. Aku sedih. Jujur, aku tak pernah siap berpisah dengan mereka. Banyak kekhawatiranku. Namun, pada akhirnya, aku hanya bisa pasrah, menerima semua sebagai bagian dari jalannya karma yang harus kulalui.

"Ma, cepat atau lambat, kita semua pasti akan keluar dari rumah. Hidup mandiri. Mama jangan khawatir berlebihan begitu. Aku, Cagga dan Abhi yang akan mengawasi Dhamma dan Ehi. Kita akan berbagi tanggung jawab," ujar Bodhi, anak keduaku. Aku tidak membantah. Anak-anak itu sudah besar. Mereka berhak membuat pilihan, dan mengejar mimpinya. Demi sebuah masa depan yang lebih baik. Dulu, aku pun bersikeras ke Bandung karena punya pemikiran yang sama. Namun sekarang, sebagai ibu, aku punya kecemasan, yang sulit untuk diterjemahkan lewat kata-kata. Hanya bisa dirasakan...

Aku sudah melewati beberapa fase dalam hidup ini. Aku hanya bisa berdoa dan terus berdoa untuk keselamatan anak-anakku. Hanya itu yang bisa kulakukan. Aku tidak pernah bermaksud menghalangi cita-cita mereka. Aku bisa memahami keputusan mereka. Aku menyayangi mereka, dengan segenap jiwa ragaku.

Oooh para Bodhisatva,
Aku datang memohon...
Tolong jaga dan lindungi anak-anakku. Terangi jalan mereka. Jauhkan mereka dari berbagai macam hal buruk. Sehingga mereka bisa meraih cita-citanya...

Terimakasih...
Semoga semua makhluk hidup berbahagia. Saddhu...!


Kota Baru, Jumat, 14 Januari 2022 (Pkl 17.33).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertanda apa ini

Bunga Teratai

Kedatangan Nova