Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

Doa Untuk Anak-anakku

Gambar
Nyaris seharian ini di tempatku hujan. Dinginnya luar biasa. Rencana untuk melanjutkan mengecat tembok pagar di depan, jadi tertunda. Setelah selesai  mencuci pakaian, aku duduk-duduk santai. Aku bisa beristirahat dengan tenang, sambil menyetel lagu-lagu yang aku suka. Hari ini sampai empat hari ke depan, tukang aku liburkan dulu. Kakak dan adikku datang. Aku pun mau persiapan untuk acara peringatan setahun meninggalnya suamiku, dan acara lamaran anak pertama dan  keduaku. Barusan tersebar berita di grup-grup. Ada gempa. Prajna bilang guncangannya sangat terasa di Pluit. Abhi di Gandaria City juga mengabarkan hal yang sama. Semoga semua baik-baik saja. Semua makhluk bebas dari segala bentuk penderitaan... Mulai Senin nanti, Ehi akan sekolah tatap muka penuh. Dhamma sudah lebih dulu berangkat. Dari dua minggu yang lalu. Cagga yang masih bisa bolak balik Jakarta-Cikampek, dan Cikampek-Jakarta. Dia sedang dalam proses penyelesaian tugas akhir. Mudah-mudahan Februari ini bisa sele...

Doa dan Harapanku

Setiap hari hujan. Banyak hal jadi tertunda. Apa pun, aku tetap bersyukur. Kami semua sehat. Di saat hujan reda, aku melanjutkan pekerjaanku. Sebenarnya sih aku ingin mengecat tembok pagar. Ingin cepat-cepat beres. Tapi, karena basah, tidak memungkinkan. Bahkan beberapa bagian yang sudah kucat, mengelupas  lagi terkena siraman air hujan. Sudahlah. Biarkan. Aku pasrah saja. Saat cerah nanti, aku akan mengulasnya kembali dengan sapuan cat. Kemarin aku memindahkan beberapa  tanaman ke pot. Datuk menimbun bagian sayap kiri pagar. Dari tumpukan tanah dan daun-daun mahoni di sebelah kanan pagar. Aku ingin mengisinya dengan tanaman baru. Semacam apotik hidup. Setiap kali menanam tanaman baru, aku merasa seperti sedang menancapkan harapanku di situ. Semoga semua akan tumbuh subur. Datuk terlihat tidak nyaman. Karena hujan, dia pun tak bisa melanjutkan pekerjaan. Banyak duduk diam. Aku bilang, faktor alam. Tidak apa-apa. Bersyukur kita tidak kebanjiran.  Mungkin dia khawatir aku a...

Merawat Semangat

Semalam hujan angin. Petir menyambar-nyambar. Aku terbangun pukul 02.00. Lalu ke kamar mandi. Membasuh wajahku. Kantukku hilang. Aku duduk sambil menunggu hujan reda. Sembari coba mengamati keluar masuknya nafasku. Aku berdoa. Untuk keselamatan anak-anakku. Lama sekali. Aku sempat mengeluarkan air mata. Tidak tau mengapa, hatiku kok terasa sakit sekali. Meski begitu, aku masih menyempatkan diri untuk mengucapkan selamat pagi pada teman-teman lewat aplikasi WA. Pagi-pagi aku jalan ke depan. Sambil menjinjing termos dan membawa gelas. Seperti biasa, untuk membukakan pintu gerbang depan. Masih ada beberapa pekerjaan yang belum selesai. Selama dua minggu ini, aku hanya mempekerjakan seorang tukang. Bodhi, anak keduaku, sudah menyanggupi untuk bantu membayar upahnya secara rutin. Memang tak mungkin juga bila aku mengurus semuanya sendirian. Banyak dahan pohon yang harus dirapikan. Juga meratakan jalan. Agar tidak semakin tergerus oleh air hujan. Kuambil sapu, lalu membersihkan sampah-sampah...

Terus Bergerak

Gambar
Sudah dua hari ini, turun hujan deras disertai angin dan petir. Padahal aku mengira minggu ini bisa selesai dan bergeser mengerjakan pekerjaan di belakang. Imlek sebentar lagi. Aku ingin rumahku segera bisa dicat. Anak-anak sudah besar. Mereka mulai jatuh cinta. Punya pacar dan teman-teman juga. Sebagai ibu, aku coba memahami perasaan mereka. Bantu menjaga harga diri dan rasa percaya dirinya. Karena itu, aku bertekad memperbaiki yang rusak-rusak. Agar terlihat lebih pantas dan layak. Aku pun bisa merasa lebih nyaman tinggal di sini. Perbaikan pagar dan jalan di depan memang memakan waktu cukup lama. Di sana sini rusak parah. Sampah plastik bertebaran di mana-mana. Belum lagi tumpukan daun-daun kering dan dahan-dahan pohon bekas tebangan. Teronggok begitu saja hampir memenuhi setiap sudut. Sekarang, sedikit demi sedikit aku ingin menatanya. Menanam beberapa jenis tanaman sederhana. Memanfaatkan apa yang ada saja. Yang tumbuh di halaman rumah. Seperti kemuning, lidah buaya, soka dan jeni...

Merawat Rasa

Menunggu, apalagi dalam ketidakpastian, terasa begitu menyiksa. Terkadang, aku sendiri tidak yakin pada keteguhan hatiku.  Apa aku bisa terus merawat "rasa"  dan melewati masa-masa sulit ini seorang diri? Sebenarnya aku sudah sering mengatakan pada diri sendiri, agar realistis. Berhenti jadi orang bodoh. Dan berhenti bermimpi. Impian dan kehidupan nyata itu jauh berbeda.  Semoga alam akan selalu menjaga dan melindungiku. Aku bisa melewati masa-masa sulit ini dengan baik. Aku pasti bisa. Aku tidak akan menyerah... Karena menurut ayahku, aku seperti bunga teratai yang baik, dapat cepat beradaptasi dengan keadaan, dan bisa tumbuh, mekar di mana saja... Kota Baru, Kamis, 6 Januari 2022 (Pk 20.43).