Impianku
Aku merasa lega. Pintu gerbang depan sudah diperbaiki. Setidaknya, sudah lebih kokoh. Besi yang keropos sudah diganti. Jadi aman. Tidak ada kekhawatiran roboh diterjang derasnya air hujan.
Aku berencana mengamplas karat-karat yang ada di besi, lalu mengecatnya. Agar tampak lebih pantas dan indah.
Aku bertekad, sedikit demi sedikit akan memperbaiki segala sesuatunya. Mulai dari mengganti atap rumah, bersih-bersih kebun, dan sekarang, yang sedang berjalan, perbaiki pintu gerbang dan pagar depan. Setelah ini akan coba meratakan jalan, yang tanahnya terkikis, tergerus oleh air hujan.
Aku ingin tanah peninggalan mertuaku bermanfaat, tidak terbengkalai begitu saja. Aku akan coba merawatnya, dengan segala daya upaya yang kupunya. Aku sudah menetapkan hati, akan menghabiskan masa tuaku di sini.
Meskipun aku tak punya cadangan dana berlebih, tapi aku percaya, aku bisa mengatasinya, dan bisa mengelolanya. Alam akan menuntunku. Menjagaku, dan menyertaiku selalu. Sejauh akunya bersungguh-sungguh dengan niatku itu.
Aku meyakini, tanah ini akan menjadi berkah bagi anak cucuku kelak. Keringat yang mengucur hari ini, pasti ada nilainya. Tidak akan sia-sia. Lelahku akan terbayar nanti. Karena itu, aku bersikeras
mempertahankan lahan ini. Sedikitpun aku tidak tergiur untuk menjualnya. Aku sudah merasa cukup. Tidak ada yang harus kukejar.
Aku sudah terbiasa hidup sederhana dan tenang, di sini. Jauh dari hiruk pikuk.
Aku bahagia dengan hidupku, keseharianku. Tinggal di tengah kebun. Aku suka pada kebersahajaannya, pada keheningannya. Tidak ada yang memburu-buru. Aku bisa mengamati segala sesuatunya dengan jujur, apa adanya. Tidak dipengaruhi dunia luar. Benar-benar apa adanya, tanpa ada yang memanipulasi. Aku suka itu. Aku tak ingin terjebak pada kerumitan yang terkadang sebenarnya tak perlu. Hidup dalam kepura-puraan, demi sebuah citra diri. Aku pun tak ingin tampak hebat, seakan-akan kuat, tegar. Aku ingin menjalani semua dengan apa adanya, jujur, mengikuti kata hatiku yang terdalam. Apa adanya aku.
Aku ingin punya kendali penuh atas diri sendiri, otonom. Agar aku bisa bebas bermimpi. Bisa tertawa lepas, dan berimajinasi. Tanpa beban. Aku tidak tertarik pada kehidupan kota Jakarta yang gemerlap dan serba dinamis itu. Seperti yang sering ditawarkan anak-anak. Aku berharap, mereka bisa memahami keputusanku itu. Aku tak ingin hidup di Jakarta. Aku tau, aku pasti akan merasa terasing kalau tinggal di sana. Tidak bahagia...
Di sini, banyak hal yang bisa kukerjakan. Aku bercita-cita ingin mengganti semua tanaman lama dengan yang baru. Di kebun begitu banyak bibit pete, mahoni dan pornis yang tumbuh. Aku tak perlu membeli lagi. Aku bisa menanamnya di lahan kami dan membiarkannya tumbuh. Bila saatnya tiba, kayunya bisa dijual. Diganti lagi dengan tanaman baru. Begitu seterusnya. Itulah angan-anganku...
Kemarin Rakaryan sudah megirimkan bibit bunga tabebuya yang kupesan dari Fajar di Bantul, Yogya. Aku punya impian. Suatu saat nanti, bisa punya kebun yang indah. Sehingga, saat aku lelah, aku bisa memandangi pohon-pohon itu. Untuk mewujudkan semua itu, memang harus kerja keras. Aku akan mulai melakukannya, sedikit demi sedikit.
Aku berharap, bisa tetap sehat. Tetap punya semangat menapaki hari-hari. Dan bisa mewujudkan semua impianku itu.
Kota Baru, Jumat, 3 Desember 2021 (Pkl 19:21).
Komentar
Posting Komentar