Dua Sahabat, Cempaka dan Meili
Meili, terlahir sebagai gadis Tionghoa, dan dia tidak bisa menolak atau protes akan keberadaan dirinya itu. Mencoba menerima dan memahami semua sebagai hal terbaik yang sudah digariskan untuknya. Padahal, kalau bisa memilih, ia ingin terlahir sebagai Cempaka, gadis berdarah campuran Jawa dan Ambon. Sahabatnya sendiri.
Cempaka, sosok yang menyenangkan. Setidaknya di mata Meili. Berwajah jelita, dengan senyum ramah yang selalu tersungging di bibirnya. Tinggi semampai, dengan sepasang mata bulat besar, indah. Tampak cantik sekali.Terlebih, saat ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Mempesona. Keramahan Cempaka tidak dibuat-buat, memancarkan kehangatan. Dia selalu tampil ceria. Dengan rambut sepundak. Dibiarkan tergerai. Hitam mengkilat, dan bergelombang. Bergoyang-goyang saat tertiup angin. Di mata Meili, Cempaka benar-benar sempurna.
Cempaka tidak hanya cantik rupa, tapi baik hati. Selalu tulus. Nggak neko-neko. Meili sangat sayang dan percaya pada Cempaka. Mereka bersahabat dekat. Bagi Meili, Cempaka orang yang tepat untuk berbagi cerita. Tentang apa saja. Termasuk kisah asmaranya.
Saat dia merasakan kepedihan yang teramat sangat, Cempaka menjadi orang pertama yang muncul di benaknya. Tanpa pikir panjang, Meili menyusul sahabatnya itu ke Malang. Cempaka sedang menghabiskan liburan semester di rumah orangtuanya saat itu.
"Kau masih belum bisa melupakan Frans? Sesulit itukah? Jelas-jelas dia mengkhianatimu..." Cempaka membuka percakapan. Saat melihat sahabatnya murung, dia bisa menebak dan memastikan siapa yang jadi penyebabnya. Siapa lagi kalau bukan Frans? Tidak diragukan lagi. Ya, Frans orang yang telah mengusik ketenangan hati Meili.
"Kau berhak bahagia. Jangan ingat-ingat lagi yang sudah lewat." Lanjut Cempaka, sembari menatap lekat-lekat wajah Meili. "Bang Danu begitu mencintaimu. Kenapa kau tidak coba membuka hatimu untuknya? Lupakan Frans. Itu akan baik untuk dirimu sendiri." Meili masih diam. Menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Menghela napas dalam-dalam.
"Meili, kau tidak boleh seperti ini terus. Ayo bangkit. Frans bukan orang yang tepat untukmu. Sadari itu. Ayo, siap-siap. Kita ke luar. Tak baik mengurung diri di kamar terus. Kau butuh udara segar. Percuma jauh-jauh datang dari Bandung. Kita nikmati suasana sore di kota Malang. Oke? Persetan dengan Frans..." ujar Cempaka sembari menepuk-nepuk pundaknya.
"Iya," jawab Meili singkat. Dia tidak membantah. Tak ingin mengecewakan niat baik sahabatnya itu.
"Apa karena aku seorang gadis Tionghoa ya, sehingga aku sulit untuk diterima? Ya, sama keluarganya dan lingkungan kampus juga. Apa menurutmu aku tampak begitu aneh? Cempaka, tolong jawab dengan jujur...," pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Meili. Cempaka tidak pernah mengira kalau Meili akan bertanya seperti itu.
Untuk sesaat, Cempaka diam. Kemudian menghela nafas dalam-dalam.
"Tidak. Kau baik. Unik. Buang jauh-jauh pikiran seperti itu." Cempaka mengatakannya dengan mimik wajah serius. Mereka saling bertatapan.
"Aku merasa, banyak teman di kampus yang enggan bergaul denganku karena ketionghoaanku itu." Meili mengatakannya dengan nada sedih.
Di kampus, temannya memang tak banyak.
"Kita semua sibuk dengan persoalan masing-masing. Tidak punya cukup waktu untuk saling mengenal lebih dalam. Sebagai teman, kau orang yang menyenangkan. Sungguh, Meili. Jangan memandang rendah pada diri sendiri..." Ujar Cempaka sembari mengalungkan kedua tangannya di leher Meili.
"Terimakasih. Kau selalu baik padaku. Selalu membesarkan hatiku. Kau tau, kadang aku punya ketakutan-ketakutan yang sulit untuk aku jelaskan. Merasa diri buruk dan tak berharga. Perasaan-perasaan itu yang membuat aku merasa tak berdaya, tak percaya diri," Meili mengatakannya dengan suara terbata-bata. Dadanya sesak.
"Aku pikir, Frans menjauhiku karena aku terlihat sangat buruk di matanya. Aku tak sesuai dengan standard kriterianya. Dia pintar. Sedangkan aku? Gadis kampung yang bodoh. Banyak hal yang aku tidak tau. Mungkin itu yang membuat dia merasa malu ya..." Kali ini Meili tak kuasa membendung air matanya.
"Tidak. Jangan mengkerdilkan dirimu. Kau tidak bodoh. Kau gadis pintar. Frans yang tidak bisa melihat dan menghargai kelebihanmu itu. Di luar sana, masih banyak orang yang sayang dan perduli padamu. Percayalah. Buka hatimu. Lupakan Frans..." Cempaka kembali meyakinkan Meili.
"Apakah pernah terjadi sesuatu di antara kalian? Ehm, apakah Frans pernah berbuat tidak sopan padamu?" Tanya Cempaka penuh selidik.
"Tidak. Tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami. Kami sama-sama tau batasan. Bahkan, sekedar bergandengan tangan saja pun, belum pernah." Meili menjelaskan.
"Oooh, baguslah. Tidak ada yang perlu kau tangisi..." Cempaka tampak lega.
"Suatu saat nanti, Frans akan menyesal karena telah menyia-nyiakan ketulusanmu. Sudah, buang jauh-jauh dia dari ingatanmu. Kau akan mendapatkan pria yang lebih baik dari Frans." Meili tersenyum kecut mendengar kata-kata Cempaka. "Semoga bisa," ujarnya di dalam hati.
Kota Baru, Rabu, 1 Desember 2021 (Pkl 20:35).
Komentar
Posting Komentar