Bodhi Anakku


    Saat dia lahir, tubuhnya begitu mungil. Tampak ringkih. Beratnya hanya 2,75 kg. Semalaman tak henti menangis. Di antara kelima anakku, dia yang paling kecil. Dia memang lahir prematur. Karena aku jatuh dan mengalami pendarahan yang sangat hebat. Bersyukur kami selamat. Alam masih melindungi.

     Anaknya pendiam. Nurutan. Selalu  mengamati. Dia sukanya nonton Teletubbies. Saat sekolah, dia tidak banyak merepotkanku. Tiga bulan masuk TK sudah bisa lancar baca dan dikte kata-kata yang mudah, seperti : sepatu mamaku, baca buku cerita, matahari pagi, dll. Tanpa disuruh, dia punya kesadaran sendiri untuk belajar. 

     Saat SD, kesukaannya pada hitung menghitung kian menonjol. Diawali dengan menang lomba sempoa. Berlanjut ke Cerdas Cermat sampai Olimpiade Matematika. Pintar berhitung, tapi tulisannya jelek sekali. Aku selalu menemaninya berlatih menulis tegak bersambung. Meski tak indah, setidaknya tulisannya harus bisa terbaca. Harapan seorang ibu selalu begitu. Menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.

    Keunikan lainnya, sedari kecil dia sudah senang berjualan. Tidak ada yang menyuruh. Dia mau sendiri. Saat kelas dua SD dia minta dimodali jual alat-alat tulis di sekolahnya. Dia tawarkan pada teman-teman sekelasnya. Dan dia catat dengan rapi di buku notes kecil. Uangnya dia simpan dengan rapi, di dompet khusus. Dia sudah bisa pisahkan antara uang jajan yang kuberi dengan uang hasil dagangan dia. Tidak ada rasa malu. Justeru dia merasa bangga bila banyak temannya yang beli dan pesan.

     Setelah SMP, dia pindah ke Jakarta. Sekolah di tempat papanya mengajar. Di sini dia mulai memperdalam belajar gitar. Sempat les beberapa bulan. Selebihnya dia belajar lewat youtube.

     Di SMA, hobi berjualannya muncul lagi. Di sekolahnya, SMAN 2 Jakarta, tidak diperkenankan sekolah menyediakan buku paket. Siswa bisa bebas membeli di luar. Kesempatan ini tak disia-siakannya. Dia menghubungi ketua kelas dan teman-temannya. Dia juga gunakan telepon seluler untuk menyebarkan informasi. Dia yang menyediakan buku paket. Yang mau beli, bisa hubungi dia langsung atau lewat ketua kelas masing-masing.

     Setiap tahun ajaran baru dan pergantian semester, dia sangat sibuk. Sepulang sekolah, langsung ke Jatinegara. Berburu buku. Mengederai sepeda motor tua bekas pemberian adikku yang di Surabaya. Guru-gurunya mendukung. Dia dijuluki sebagai juragan buku. 
     
     Sampai kuliah, dia masih terus jualan buku. Belakangan ditambah topi dan dasi. Dia ambil dari perajin Cikampek. Selain harga lebih murah, bordiran juga lebih bagus. Berawal dari dua kodi, sampai akhirnya menjadi 20 kodi.

     Setelah selesai ujian akhir, dia balik ke Cikampek. Sambil menunggu persiapan SBMPTN dibuka, dia memberi les akuntansi pada anak SMA. Anaknya memang tak pernah bisa diam. Kadang dapat undangan isi acara pensi, tampil solo gitar. 

     Saat kuliah, dia pun nyambi kasih les-lesan anak SMA di sebuah bimbel. Mengikuti jejak abangnya. Per sekali datang dia dan abangnya dapat bayaran masing-masing seratus ribu. Sedangkan papanya tiga ratus ribu rupiah. Selalu ada jalan.
     
      Saat momen wisuda, dia juga jual bunga segar sebagai ucapan selamat bagi yang lulus. Kadang untuk galang dana penyelenggaraan acara di organisasi kepemudaan yang dia ikuti. Mereka beli bunga-bunga segar itu dari petani bunga langsung, di Rawa Belong. Lalu mereka rangkai dan tambahkan pernak pernik. Modal dua ribu, mereka bisa jual jadi sepuluh ribu rupiah. Mengumpulkan dana dengan cara elegan. Itu jadi motivasi tersendiri.

     Lulus dari D3 Akuntansi dan Sistem Informasi UI, dia lanjut ke S1 Tri Sakti. Di sini dia mulai mengurangi aktivitasnya di organisasi. Fokus untuk kuliah dan kerja saja. Awalnya kerja di Kantor Akuntan Publik. Sebagai auditor. Sejak itu dia biayai penuh hidupnya. Saat pulang, sudah mulai bisa jajani adik-adiknya. Hanya uang kuliah yang masih kami tanggung. 

     Belakangan dia pindah kerja. Kali ini sebagai internal auditor di sebuah perusahaan tour. Di sini dia sudah dapat gaji yang jauh lebih lumayan. Terkadang bisa ia sisihkan untuk bayar uang semesteran kuliahnya. Bersyukur, kuliah dan kerja bisa jalan beriringan. Bosnya pengertian. Banyak toleransi. Yang penting kerjaan beres. Dia pun disiplin. Kerja tidak menjadikannya lupa pada tujuan utamanya. Menyelesaikan kuliah. Bosnya pun puas dengan hasil kerjanya. 

     Di sini dia mulai dikirim ke luar kota. Untuk mengaudit kantor-kantor cabang. Terlebih saat libur semester. Kuliah dan kerjanya berjalan mulus. Dia lulus tepat waktu, dengan yudisium cum laude. Sama  seperti saat lulus dari UI. Meski disambi kerja, prestasinya tetap bisa bertahan. Aku benar-benar terharu. Ternyata anakku bisa kuliah dan lulus dengan membanggakan, meski kondisi keuangan keluarga kami demikian terbatas.

     Semangatnya untuk belajar tak pernah padam. Setelah lulus sidang sarjana, empat hari kemudian dia berangkat ke Taiwan untuk belajar bahasa. Dia dapat beasiswa.

     Pulang dari Taiwan, dalam situasi pandemi. Susah cari kerja. Akhirnya dia coba-coba jualan on line. Join dengan pacarnya. Mereka kerjasama.
"Apakah Mama menyetujui hubungan aku? Kira-kira Mama bisa cocok tidak dengan dia?" Tanyanya suatu hari.

     "Mama setuju-setuju aja. Yang menjalani kan kamu. Orangtua hanya mendoakan. Yang penting, kamu merasa cocok dan nyaman saat bersama dia," jawabku. Tulus. Apa pun pilihan anakku, akan aku dukung. Yang utama bagiku, kebahagiaan mereka. Aku ngikut aja. 

     "Syukurlah kalau Mama setuju. Aku lega. Mama doain aku ya supaya usaha aku lancar juga," ujarnya sungguh-sungguh.
 
     Sekarang, sudah hampir setahun dia kerja kantoran. Dengan bekal bahasa mandarin dan kemampuan akuntansinya, dia diterima kerja di perusahaan itu. Jualan on line juga tetap berjalan. 

     Mungkin rezeki adik-adiknya dititipkan lewat dia. Toko on line-nya setiap hari dapat orderan. Hingga satu titik, mereka kerepotan bagi waktu antara belanja, packing, sending dan berbagai hal-hal teknis lainnya. Seperti mengurusi iklan dan cash flow.
Akhirnya dia rekrut dua karyawan khusus untuk packing. Bulan depan mulai sewa tempat untuk gudang. Sekalipun bisnis recehan, bila ditekuni, akan menghasilkan.
Buah dari kesabarannya selama ini.    
     
     Aku tak henti-hentinya mengucap syukur. Sangat berbesar hati dikaruniai anak-anak yang baik dan tau diri. Menyadari setelah papanya pergi harus ambil alih tanggung jawab. Bersama-sama dengan Abhi dan Cagga, dia mendukung sekolah adik-adiknya, dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di rumah. 

    Aku hanya bisa mengucap syukur dan terus berdoa. Semoga anak-anakku selalu sehat, selalu ada di jalan yang benar. Terhindar dari berbagai macam hal buruk. Hidup bahagia dalam keberkahan.
     

Kota Baru, Jumat, 24 September 2021 (Pk 21:18).


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertanda apa ini

Bunga Teratai

Kedatangan Nova