Peluncuran Buku Angkatan Kami

Hari ini Gebi secara resmi mengumumkan di grup angkatan, kalau buku "Jejak Sekeloa Fikom '85" siap diluncurkan. Minggu,  24 Oktober 2021 pukul 19.00 - 20.00 nanti akan ada zoom, membahas peluncuran buku yang berisi kumpulan tulisan dari teman-teman Fikomers '85. Rasanya senang sekali. Tak sabar ingin melihat bentuk fisik buku itu secara nyata. Dan menikmati tulisan-tulisan yang ada di dalamnya. Tulisanku termasuk salah satunya.

Awalnya aku ragu untuk mengirimkan tulisanku ke Gebi. Merasa ceritaku tidak menarik. Gaya bertuturku pun tidak bagus. Di grup banyak teman yang jago nulis. Karya mereka pun sudah dibukukan. 

Aku jadi minder sendiri. Merasa benar-benar tidak pede bila tulisanku bersanding dengan tulisan mereka yang hebat-hebat itu. Aku bukan siapa-siapa. Hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Hidup dalam lingkup duniaku yang sempit dan kecil. Seperti katak dalam tempurung. Sehari-hari berkutat dengan rutinitas yang itu-itu saja. Menurutku, tidak ada hal menarik yang bisa kuceritakan. Hidupku biasa-biasa saja. Tapi Gebi tak henti-hentinya meyakinkan diriku.

"Kamu pasti bisa, Ho. Kita tidak mencari siapa yang hebat. Tapi yang mau berpartisipasi. Tidak ada cerita yang jelek. Masing-masing punya pengalaman hidup yang berbeda-beda. Dari pengalaman teman-teman itu, kita bisa belajar. Bisa memahami. Ternyata  bukan hanya kita orang yang paling menderita, Ho. Bisa tau, banyak yang hebat, banyak yang biasa-biasa juga. Membuka wawasan..." Dia memang seorang motivator yang baik. Gebi beberapa kali menelpon dan melakukan video call. Aku jadi terharu. Tak mengira dia akan bisa sebaik itu padaku. Pernah suatu kali dia bertanya padaku. "Ho, apakah ada yang bisa kubantu?" "Tidak ada. Terimakasih." Jawabku. Pertanyaan yang sama juga pernah diajukan Ensi padaku beberapa waktu lalu. Aku pun memberi jawaban yg sama.

"Untuk renov ini, apakah bisa tercover semua oleh anak-anakmu?" 

"Bisa Geb. Semua sudah diperhitungkan. Jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Doakan supaya aku selalu sehat." Ujarku meyakinkannya. 

"Syukurlah. Kalau butuh sesuatu, let we know. Kita semua teman sendiri." Aku hanya mengiyakan. Sejauh ini aku merasa semua berjalan baik-baik saja. Aku merasa "cukup." Hidup di kota kecil biayanya masih terhitung murah.

Mustofa, salah satu teman yang sangat produktif menulis, juga turut membesarkan hatiku. Dia menelponku. "Jangan terhenti karena nama besar teman-teman kita seperti Yudi Latief, Ensi, Rakaryan atau Pepih. Pikirkan kalau kita harus meninggalkan sesuatu untuk anak cucu. Karya kita. Pemikiran itu yang membuat aku terus menulis, Ho." Mus coba meyakinkanku. 

Akhirnya aku ikut menyumbang tulisan. Dua kali revisi. Menurut Gebi, kurang panjang, harus gali lebih dalam. Dia minta aku bercerita dari mulai selesai SMA, berangkat ke Bandung, kuliah di Fikom, menikah sampai punya anak lima. Aku ikuti petunjuknya. Begitu selesai kutulis, langsung kukirim ke Gebi. Sebagai bentuk nyata dukunganku atas niat baiknya. Aku pikir, lebih cepat akan lebih mempermudah kerja Gebi. Betapa pun, aku tak ingin menambah beban Gebi yang sudah pusing memikirkan proyek buku ini. 

Bersyukur dikelilingi orang-orang baik yang selalu transfer energi positif, mendukung dan meyakinkanku. Hingga aku bisa membangun rasa percaya diriku, sedikit demi sedikit. Terimakasih ya teman-teman...


Kota Baru, Selasa, 19 Oktober 2021, Pukul 23:43 WIB.

Komentar

  1. Balasan
    1. Iya. Berisi kumpulan cerita Fikomers '85 Unpad yg beragam, sarat akan nilai2 solidaritas dan perjuangan hidup.

      Wajib baca...🙇😊

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertanda apa ini

Bunga Teratai

Kedatangan Nova